ISLAM mengajar kita adab berperilaku kepada siapa sahaja termasuk
terhadap orang yang sudah mati. Antara adab-adab itu ialah tidak
menceritakan aib orang mati jika tanpa hajat yang mendesak. Sebab
perkara ini termasuk dalam ghibah yang diharamkan.
Rasulullah Saw bersabda: Janganlah mencaci orang yang telah mati. Sebab mereka telah mendapat balasan atas perbuatan yang mereka lakukan. (riwayat al-Bukhari)
Larangan itu mengandungi pengajaran akhlak yang sangat tinggi. Ini
juga sangat penting untuk menjamin hubungan baik tetap terjaga di dalam
pergaulan masyarakat. Sebab menyebut keburukan orang mati tidak akan
menyakiti orang itu. Sebab orang mati tidak dapat lagi mengetahui apa
yang berlaku di alam dunia sepeninggalan mereka.
Perbuatan menyebut keburukan orang mati hanya akan menyakiti
orang-orang yang masih hidup sama ada ahli keluarga ataupun
sahabat-sahabatnya. Jika orang yang sudah mati itu seorang tokoh
pemimpin masyarakat, maka menyebutkan keburukannya akan melahirkan
kemarahan di kalangan para penyokongnya. Jika dibiarkan, akan berlaku
perpecahan yang akan merugikan perpaduan masyarakat.
Dalam Mustadrak al-Hakim diceritakan: "Suatu hari seseorang menyebut
keburukan ayah Abbas (paman Nabi) yang telah lama mati, maka Abbas
menampar wajahnya."
Ahli keluarga orang itu lalu berkumpul untuk menuntut keadilan.
Mereka menginginkan agar Abbas dikenakan hukuman atas perbuatan
tersebut.
Baginda lalu bersabda: "Siapakah manusia yang paling mulia di sisi Allah?"
Mereka menjawab: "Anda, wahai Rasulullah."
Baginda bersabda lagi: "Sesungguhnya Abbas adalah sebahagian daripada
diriku, dan aku sebahagian daripadanya. Janganlah engkau mencela orang
yang telah mati daripada kami sebab ia akan menyakitkan orang yang
hidup."
Sebut kebaikan
Kita tidak hidup seorang diri di muka bumi ini. Kita juga
tidak bersih daripada cacat dan cela. Maka apabila kita mula
menceritakan aib orang lain, maka orang lain pun akan mencari-cari aib
kita untuk diceritakan.
Hasan Al-Basri berkata: "Aku pernah menemui seseorang yang tidak
bercela. Namun setelah ia mencela orang lain, maka orang lain mula
menemukan cacatnya. Aku pernah berjumpa dengan seseorang yang memiliki
banyak kekurangan. Namun karena dia diam daripada mencela orang lain,
orang lain tidak pernah membicarakan cacatnya."
Jika ingin bercerita tentang orang yang telah mati, maka hendaklah
kita berusaha untuk hanya menyebutkan akan kebaikan-kebaikannya. Perkara
ini disukai sebab tidak akan melahirkan kebencian di hati ahli
keluarganya.
Selain itu, cerita sebegini boleh menjadi bahan inspirasi dan motivasi kepada meneladani perbuatan tersebut.
Dalam hadis riwayat Al-Nasai, Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah
engkau menyebut orang-orang yang telah mati di antara kamu melainkan
dengan kebaikan."
Diam lebih selamat
Lidah kita sangat berbahaya dan mesti selalu dijaga dengan
baik. Jika kita diam dari mencela orang yang masih hidup, maka kita
akan selamat dari celaan mereka. Jika kita diam dari mencela orang yang
sudah mati, kita akan selamat dari kesusahan hisab di hari kiamat.
Rasulullah Saw bersabda: "Siapa menutupi (keburukan) seorang muslim,
Allah akan menutupi (keburukannya) di dunia dan akhirat." (riwayat
Muslim)
Semoga kita diberikan kekuatan untuk meniru teladan ulama-ulama salaf
kita dan mulai menjaga lisan kita dari menyebutkan keburukan orang
lain.
No comments:
Post a Comment